Langsung ke konten utama

Daun Gugur Meninggalkan Ranting

Kita pernah saling bergandengan, hingga pada akhirnya kita terpisah oleh sebuah keadaan. Aku berharap setelah semua kesedihan melanda, tidak ada lagi badai yang sporadis menghempaskan tubuh ini.

Sekarang aku hanyalah ranting pohon, dan kau sehelai daun gugur yang terhempas oleh angin, ia direngkuh sampai terjatuh.

Tapi, aku belajar dari ranting yang sepi itu, bahwa sebenarnya ranting itu sepi hanya sementara. Kau laksana daun gugur yang pergi meninggalkan ranting, tetapi kau lupa, bahwa ranting itu pun masih bisa menumbuhkan daun, yang lebih hijau dan segar.

Begitupula kesedihan, kita relakan saja semuanya terhempas jauh. Karena mengikhlaskan yang meninggalkan itu lebih baik, kita akan dapat sehelai atau berjuta-juta kebahagiaan lagi yang akan tumbuh. Tak perlu takut, kebahagiaan akan terus bersama kita, selalu.

Karena kebahagiaan itu seperti daun gugur yang meninggalkan ranting. Ia akan meninggalkan ranting itu dalam sepi, tapi ranting itu masih bisa menumbuhkan berbagai daun yang lebih baik lagi.

Menangislah, bersedilah, karena itu menandakan kalau kita masih manusia, manusia biasa yang masih punya pengecap rasa. Tapi, jangan sampai berlarut-larut dalam sedih. Ada banyak kebahagiaan yang  telah menunggu kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kita

Kita ini apa? Hanya dipertemukan bukan untuk saling menyatukan. Kenapa harus seperti ini? Kita saling kenal, tetapi, Tuhan tidak membuatnya menjadi satu. Kita hanya terjebak dalam permainan perasaan, atau mungkin hanya aku yang terjebak? Sedangkan engkau, hanya terlihat biasa saja, hanya menganggap pertemuan kita ini hanyalah biasa. Tapi, aku yang selalu berharap kita bisa sama-sama menjalin komitmen, agar kelak kau dan aku saling menjaga dan punya tujuan yang sama. Tidak seperti ini, hanya tenggelam dalam permainan perasaan yang terus menertawakan. Jika memang ini yang terbaik dan jika memang ini pilihanNya. Tak apa, satu hal yang aku syukuri karena bisa dipertemukan olehmu, dan pernah bersatu dalam doa, walaupun pada kenyataanya kita tidak pernah dipersatukan dalam takdirNya. Hanya sebatas mimpi. Kini biarlah aku yang menerima, walaupun air mata ini menahan agar tidak berjatuhan, kini aku sekarang bagaikan teriris sembilu. Aku rela menahan, asalkan kau tidak tahu apa yan...

Antara

Apakah ada aku jauh di ruang hatimu? Apakah kau tahu? Dalam hatimu yang sudah tanpaku itu. Masih adakah aku di sana? Kurasa tidak, yang aku tahu kau pun sudah menutup segala kenangan yang terhenti itu. Kini yang mengisi ruang hatimu adalah makhluk lain yang sempat kau taruh di antara penghubung hati kita. Kau sembunyikan dia, bak musuh dalam selimut yang terlindungi batu karang. Dan itu ulahmu, kau yang mahir melindungi ia dalam antara penghubung hati kita. Kini di ruang hatiku pun sedang berusaha bahagia, sedang mencoba bangkit dari reruntuhan puing kenangan tentangmu. Tak perlu lagi di hubungkan kembali, karena di antara kita sudah ada jiwa yang kau sembunyikan dalam asa. Aku berharap di antara kita tidak lagi saling mematahkan, cukuplah, berbahagia saja kau dengan pilihanmu. Aku akan termangu dalam antara ruang hati itu.

Lelaki Terakhir (Cerita Pendek)

Wanita itu duduk diberanda rumahnya. Menatap ke arah jalan raya. Ia duduk di sebuah kursi kayu jati, kursi itu memang menjadi tempat favoritnya ketika ia menunggu kekasihnya. Setiap malam minggu tiba. Gana selalu datang membawakan roti pisang atau makanan ringan yang disukai oleh kekasihnya. Gana selalu bilang kepada kekasihnya, “Roti dan pisang itu adalah sepasang yang unik, sama seperti kita, Zustika. Aku roti dan kamu pisang.”      Segala sesuatu yang Zustika ingin, pasti Gana selalu mengabulkannya. Sepertinya memang begitu sifat lelaki itu, ia sangat menghargai kekasihnya. Gana tak akan tega jika menolak keinginannya. Tak heran kalau teman-teman Gana memberi gelar budak cinta . Namun, pada dasarnya memang Gana orang yang selalu baik. Dia tak pernah marah ketika kekasihnya terlalu egois. Banyak juga yang membicarakan hubungan mereka dikampus. “Pasangan paling aneh.” Kata mereka. Zustika Tamara   wanita paling egois, dan Gana Baskara Putra pria yang terlal...